Kamis, 29 Juli 2010

Aku sang hujan, dia sang pohon, dan kamu manusia

Aku adalah sang hujan yang memberi tetesan kasih sayang kehidupan, dan aku memiliki seorang kekasih di bumi. Kekasihku adalah pemberi nafas kehidupan, dia selalu menyejukkan setiap mata yang memandang dan memberi keteduhan saat kamu berlari mendatanginya dan meminta perlindungan dari sengatan terik matahari. Kehidupan kekasihku bahkan memberi warna di luasnya bumi. Kegagahannya yang selalu membuatku merindukannya.

Sang pohon adalah kekasihku, karena aku adalah pemberi kehidupannya. Tanpa kehadiranku dia tak akan tumbuh, dia akan layu dan perlahan mati dalam kerinduan. Aku yang selalu sabar memberinya kasih sayang agar hidupnya dapat memberikan manfaat untukmu. Karena dia yang memberimu nafas segar kebebasan, maka aku akan selalu setia merawat saat dahannya mulai rontok karena terpaan angin musim panas, karena aku takut kematiannya akan mempengaruhi hidupmu, melemahkan nafasmu.

Dan kamu manusia, adalah mahluk yang paling mulia di muka bumi, tugasmu adalah penjaga alam semesta. Kamu diberi kepintaran untuk mengatur isi alam, namun kamu menyalahgunakan untuk kepuasan perutmu yang gendut. Tak hanya dia, aku tahu kamu pun selalu merindukanku datang. Karena disaat musim tanam tiba, sebagian darimu berpesta dan membuat aneka persembahan menyambut kedatanganku.

Saat musim kemarau mengeringkan awan hitam, saat itu kutitipkan dia padamu agar selalu menjaganya, agar kamu selalu merawatnya dan memberinya kasih sayang. Namun saat aku lengah, kamu menghianatiku. Kamu tega membinasakannya dari tempatnya berpijak. Perbuatanmu membuatku sangat sedih karena menyakiti kekasihku, membuatku menangis tersedu, tak ada hentinya air mataku mengalir deras atas kekecewaanku padamu, atas hilangnya kekasihku. Tak ada hentinya air mataku berlinang meratapi penghianatanmu padaku, karena telah kamu renggut jiwa kekasihku. Ketika datang bencana bersama dengan kesedihanku, kamu tetap menyalahkanku hingga kamu memohon kepada Tuhanmu untuk menghentikan tangisanku. Sekalipun kamu membenci bencana itu, tetapi kamu takkan bisa hidup tanpa aku, tanpa aku tak ada lagi yang mengairi ladangmu, tak ada lagi yang mengisi sumurmu, dan tak ada lagi yang dapat memuaskan dahagamu. Dan kamu pun takkan bisa hidup tanpannya, tanpa dia kamu takkan bisa bernafas bebas karena kamu telah meracuni nafasmu sendiri dengan asap-asap yang tebal. Andai aku tak lagi datang, andai dia tak lagi tumbuh, maka kehidupanmu pastilah musnah. Sayangilah kekasihku, maka aku pun menyangimu.