Kamis, 20 Februari 2020

Misteri bergesernya tempat sampah dapur

Tinggal di rumah peninggalan jaman belanda tentu aura mistik selalu menjadi image. Beberapa tetangga memiliki cerita misteri. Diantaranya, rumah tetangga sebelah, sering bercerita bahwa ada suara berbisik, memanggil nama ataupun berkata sesuatu. Selain itu ada cerita misteri yang lebih heboh, dari rumah tengga yang agak jauh. Pada waktu yang tidak lama ini, kabarnya dua kali terjadi penampakan mirip suami penghuni rumah, masuk rumah dan menggendong anaknya. Selang beberapa menit kemudian, suaminya pulang dari kerja, masuk ke rumah. Maka diketahuilah ternyata makhluk yang tadi menggendong bayinya, bukanlah suami aslinya, melainkan makhluk astral. Hal tersebut terjadi dua kali. Kejadian yang kedua, bahkan sang bayi sempat terlihat seakan melayang, tutur sang ibu penghuni rumah tersebut. Percaya tidak percaya, namun cerita tersebut menjadi beban pikiran tersendiri buatku.

Di rumahku sendiri, selama ini belum pernah ada kejadian aneh yang ganjil. Seringnya suara gaduh di malam hari, ulah kucing ataupun tikus. Namun pada beberapa hari ini, terjadi hal yang aneh dengan tempat sampah dapur. Selama ini, tempat sampah dapur tidak pernah berubah, selalu berada pada posisi yang sama, di sebelah meja.

Pada dua hari terakhir ini, beberapa kali aku temui tempat sampah dapur berpindah tempat, beberapa jengkal mundur dan mendekat ke tembok. Beberapa kali aku kembalikan ke posisi semula. Sedikit deg-degan namun tidak panik. Selepas dari dapur, aku mulai mengingat-ingat betul bahwa aku sudah mengembalikan ke posisi biasanya. Dan beberapa jam kemudian aku cek lagi, posisi tetap sama. Tapi jika aku kembali ke dapur dan tidak mensetting posisi tempat sampah, maka tempat sampah tersebut bergeser mundur dari posisi biasanya. Beberapa kali aku lakukan uji coba tersebut. Selidik punya selidik terkuaklah misteri bergesernya tempat sampah dapur tersebut, tenyata ulah si gundul yang lagi suka usil tendang benda-benda apapun yang dia lihat.

Sekian, misteri bergesernya tempat sampah dapur telah terpecahkan.

Minggu, 16 Desember 2018

Mengantarmu ke Sekolah

Saat ini kakak masuk sekolah TK, sengaja kami memilih sekolah TK yang tidak terlalu mahal biayanya mengingat usiamu 4,5 tahun ini masih tergolong usia dini. Kami sadar bahwa untuk usia dini seharusnya masuk sekolah PAUD maupun TK A adalah bukan suatu kewajiban. Maka dengan memilih sekolah yang biayanya tidak terlalu mahal adalah bentuk memberikan keleluasaan untukmu memilih apakah hari ini ingin sekolah atau tidak. Kami memang tidak pernah memaksamu untuk selalu berangkat sekolah tiap harinya, namun kami tetap memilih untuk menyekolahkanmu dengan tujuan agar kamu bersosialisi dengan teman.


Kita memang tidak tinggal disebuah permukiman dengan rumah yang saling berdekatan. Kita tinggal di rumah dinas yang merupakan rumah peninggalan jaman belanda. Entah sampai kapan kita menikmati rumah tua ini, semoga saat engkau dewasa, kita masih menikmati rumah tua ini. Di rumah ini engkau tidak banyak memiliki teman, temanmu hanya aku dan adek. Tentu hal itu dikarenakan ukuran rumah peninggalan yang luas. Meskipun banyak rumah yang saling berjejer sepanjang jalan, namun dengan ukuran rumah yang besar dan halaman yang luas, membuat jarak antar rumah tetangga menjadi lebih jauh dari rumah pada umumnya. Untuk berkunjung ke rumah tetangga, kita harus memutari halaman rumah kita yang luas dan memutari halaman tetangga yang juga sama luasnya. Karena banyaknya waktu yang harus disediakan untuk mengunjungi rumah tetangga inilah yang membuat kita kurang bersosialisasi dengan tetangga, disamping itu pula banyaknya aktivitas dan kesibukan bekerja para tetangga yang juga menjadi alasan untuk jarang berkunjung. Sehingga momen mengantarkan sekolah adalah momen yang menyenangkan bagi adek. Dimana di usia adek yang menginjak umur 2 tahun tentu sedang senang-senangnya bermain di luar.

Kami suka mengantarkanmu berangkat sekolah dengan cara yang berbeda-beda, agar engkau tidak bosan dan selalu bersemangat untuk pergi sekolah. Kami suka naik sepeda kayuh untuk mengantarkanmu ke sekolah. Sepeda kayuh warna merah itu selalu menjadi favorit kendaraan kalian. Sepeda itu dilengkapi dengan tempat duduk depan yang menyatu pada setir, sebagai tempat duduk adek. Sedangkan tempat duduk boncengan belakang juga dilengkapi dengan tempat duduk pengaman agar kaki kecilmu tidak masuk ke jeruji sepeda. Dan dihari lainnya kami mengantarmu dengan berjalan kaki menyusuri trotoar. Meskipun lokasi sekolah TK dipisahkan oleh perempatan jalan raya, tapi kami senang bisa berjalan santai melihat sekitar, dan juga sembari mengajarimu cara menyeberang jalan serta bagaimana cara bersikap di jalan raya.

Cara lain kami mengantar sekolahmu adalah dengan naik becak. Antusias adek lebih besar darimu ketika naik becak, dia tidak pernah mau dipangku, dan selalu minta duduk sendiri di bangku becak. Untunglah berat badanku hanya 45kg, sehingga ruang bangku becak tersebut cukup untuk kami duduk berjejeran bertiga. Dan ketika kami selesai mengantarmu di sekolah, saat kami sampai di depan rumah, adalah saat yang sulit untuk menurunkan adek dari bangku becak. Adek tidak pernah puas jika naik becak, tetapi terpakasa harus menurunkannya meskipun dengan meronta-ronta.

Semua adalah momen indah, kami bahagia setiap mengantarmu berangkat sekolah. Kenapa kami tak pernah malas mengantarmu berangkat sekolah dengan berjalan kaki, adalah agar kalian terbiasa bekerja keras, karena perjalanan hidup tidak pernah mudah. Kami juga ingin memperkenalkanmu dengan lingkungan sekitar, melihat berbagai hal dan mengenal banyak hal. Kami menyayangimu, dan mama menyayangi kalian. Semoga kalian menjadi pribadi yang tangguh, namun selalu rendah hati dan berempati dengan sekiling kalian.



-Mama Z "the Wicaksono's"-

Minggu, 25 November 2018

Pohon Di Depan Rumah

Kami memiliki pohon besar di depan rumah, yang unik dari pohon ini adalah kami tidak pernah melihat pohon jenis ini dimanapun kecuali tempat-tempat tertentu misalnya di Kebun Raya. Keuinikan lainnya dari pohon ini adalah ketika meranggas, daunnya berguguran dalam satu waktu hingga daun yang lama habis dan pohon terlihat gundul. Setelah itu dalam waktu 2 - 3 hari, daunnya kembali muncul menjadi daun baru. Anak-anakku suka bermain diatas tumpukan dedaunan yang berguguran, layaknya menemukan harta karun yang tidak dapat ditemui setiap saat. Ketika masa daun pohon ini gugur tiba, kami sekeluarga akan keluar di pagi hari menuju halaman dan menyapu bersama-sama sekalian mengawasi anak-anakku bermain daun.

Kondisi daun ketika meranggas
(Sumber : koleksi pribadi)

Setelah 7 tahun kami tinggal di rumah dinas sebuah instansi swasta/semi pemerintah/stsatus yang membingungkan (heheheeee), barulah timbul rasa penasaran akan pohon ini. Selain karena daunnya yang mudah rontok dan penghasil sampah terbesar di halaman depan rumah kami, dan lain halnya kami jarang menemui pohon tersebut. Menurut informasi dari tetangga ketika kami menanyakan jenis pohon depan rumah kami, meraka menyebutkan bahwa pohon tersebut merupakan pohon bawaan dari belanda, yang notabene rumah dinas kami adalah rumah peninggalan jaman belanda. Mereka juga mengatakan bahwa pohon tersebut adalah pohon langka.

Tak selang beberapa lama, tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu kami. Ketika kami membuka pintu, seseorang yang tidak kami kenal langsung mengucap salam dan menanyakan perihal pohon kami. Dia mengungkapkan keinginannya untuk membeli pohon tersebut dengan cara mencabut pohon besar itu secara hidup. Sontak kami menolak tawaran tersebut, mengingat rumah kami adalah rumah dinas, dimana seluruh properti adalah milik instansi.

Dari tawaran pembelian pohon tersebut kami pun makin penasaran akan pohon itu. Kami browsing berusaha mencari nama pohon itu, berdasarkan dari deskripsi pohon besar yang memiliki bunga menggantung dan buah lonjong yang menggantung.

Contoh buahnya (sumber : internet)

Contoh bunganya (sumber internet)

Setelah kami mencocokkan deskripsi pohon tersebut, dan melihat masing-masing gambar buah dan bunganya yang memiliki kecocokan. Maka kami pun memperoleh nama pohon tersebut adalah Kingelia Africana (Lam.) Benth. Dan kami juga kaget melihat informasi bahwa pohon tersebut memiliki banyak manfaat antara lain : Kulit dan akar pohon bermanfaat untuk mengobati bisul; ekstrak buah berguna sebagai salep kulit dan produk kecantikan; buah mempunyai sifat antibakteri; anti jamur; sebagai obat sakit kanker; sebagai obat antioksidan dan kesuburan pada laki-laki; sebagai obat analgesik dan Anti inflamasi serta sebagai obat penyakit malaria, antiprotozoal, diare. 

Berikut adalah contoh pohon Kingelia Africana (Lam.) Benth. Karena kami tidak memiliki kamera yang layak untuk mendokumentasikan pohon tersebut. Selain itu pohon kami tersebut tegolong masih berusia belia, mengingat ukurannya yang belum terlalu besar dan kanopinya belum terlalu lebar. Sehingga lebih menarik jika kami tampilkan contoh pohonnya yang berbentuk besar.

Sumber : internet


-Mama Z "the Wicaksono's"-

Kamis, 22 November 2018

Full Mom is the Wonderfull Journey

Sebelum menikah aku tidak pernah berfikir akan menjadi full mom yang notabene mengurusi segala keperluan rumah, berada di rumah dan sedikit berinteraksi dengan dunia luar. Ketika masih sigle, aku seorang pekerja kantoran dan aku menikmati pekerjaanku. Namun disaat suami meminangku dan meminta untuk menjadi seorang IRT, aku memutuskan untuk mengikutinya.


Maha Besar Allah yang mengatur alam semesta beserta isinya. Ternyata menjadi full mom dengan 2 anak cowok adalah pengalaman yang sangat luar biasa. Mereka adalah kebahagiaanku, mereka adalah penghilang stressku, mereka adalah asistenku. Kenapa aku bilang mereka adalah asistenku? karena selain menjadi IRT, aku juga bekerja di rumah sebagai konsultan lingkungan. Ketika aku bekerja dan harus keluar rumah untuk menyelesaikan pekerjaanku, aku ajak mereka kemana aja untuk menemaniku, Ke pabrik, kantor perijinan, ketemu klien, ke kantor dinas pemerintah, aku selalu mengajak mereka. Dan tentu dengan mengkodisikan, yaitu ketika bertemu klien atau ke kantor dinas pemerintah yang membutuhkan sikap profesionalitas maka aku ajak kakek neneknya untuk menemani mereka di mobil atau play area, sembari menungguku menyelesaikan pekerjaanku.

Aku tidak pernah meninggalkan mereka dalam waktu yang lama, aku ajak mereka kemana saja dan/atau mengajak kakek neneknya sebagai penjaga di lokasi yang tak jauh dari tempat yang aku tinggalkan, agar aku dapat sesegera mungkin menemui mereka kembali. Aku tidak suka pengasuh karena aku ingin memberi pengalaman sebanyak-banyaknya kepada mereka, dan aku menganggap keluargaku adalah sebuah perjalanan dimana kita sendiri yang menentukan petualangannya. Aku ingin membuat petualangan yang indah dan menyenangkan bersama mereka. Aku ingin mereka menikmati masa kecilnya dan membuat memori yang indah tentang keluarganya.

Teringat kala itu aku mengajak mereka ke kantor UPTSA Surabaya di gedung Siola untuk menyelesaikan pekerjaanku. Kala itu aku mencari supir untuk mengantarkanku ke Surabaya, namun supir tersebut berhalangan. Akhirya aku mengajak tetanggaku yang kebetulan anaknya adalah teman anakku sekolah, dan aku mengajaknya bersama 2 anaknya untuk menemaniku beserta 2 anakku. Tiba di Kantor UPTSA Surabaya aku mengajak rombonganku ikut masuk ke dalam, karena ruangan tersebut luas dan siapapun bebas masuk kedalamnya. Aku tidak pernah malu ataupun canggung mengajak rombongan anak-anak mengikutiku kemana saja, bahkan aku persilahkan tetanggaku yang ingin menyuapi makan anaknya di dalam ruangan tersebut.

Diwaktu yang lain aku masih harus kembali ke kantor UPTSA Surabaya. Namun aku memilih transportasi yang berbeda agar anakku tidak bosan menemaniku yang beberapa kali harus kembali kesana, sehingga aku harus membuat petualangan yang berbeda untuk mereka. Kala itu aku memilih mengajak mereka naik kereta, hal ini juga dengan alasan tidak ada yang menemaniku ke Surabaya. Sesampainya di kamtor UPTSA, ketika aku dipanggil ke loket, aku menyuruh mereka menunggu di kursi yang tidak jauh dariku dengan menyiapkan jajan untuk dimakan.Setelah aku selesai dengan pekerjaanku, aku ajak mereka naik bis kota Surabaya yang baru, karena anakku suka dengan tokoh animasi Bis Tayo. Tentu mereka tertarik dan bersemangat, namun ketika bis itu datang dan kami melambaikan tangan agar bis tersebut berhenti. Akan tetapi bis tersebut tidak mau berhenti dengan alasan kami tidak membawa botol bekas. Merekapun kecewa karena tidak bisa naik bis tokoh animasi "Tayo" versi mereka, dan mereka tidak faham syarat agar bisa naik bis tersebut adalah harus membawa botol bekas. Akhirnya aku alihkan rengekan mereka dengan mengajaknya naik angkot dengan alih-alih setelah naik angkot kita bisa naik kereta untuk kembali ke rumah. Mereka pun menyetujuinya dan menyelesaikan petualangan di hari itu dengan gembira. Meskipun sehari setelah petualangan di Surabaya, anak sulungku sakit cacar air, namun hari itu adalah momen yang indah.

Aku bersyukur memiliki mereka yang begitu istimewa bagiku. Mereka berdua memiliki karakter yang berbeda, namun mereka saling melengkapi dan saling menyayangi. Dan aku bersyukur telah memilih keputusan untuk menjadi full mom. Tak pernah kusangka jika menjadi seorang ibu bisa memilih bentuk petualangan apa yang ingin kita lalui, dan aku memilih untuk melalui setiap petualangan bersama mereka dan menjadikan petualangan itu sebuah memori yang indah.

"anakku, kalian adalah penyemangatku yang menuntunku melewati setiap rintangan yang menghadang, dan kalianlah yang membuat setiap petualangan itu menjadi lebih indah"




-Mama Z "the Wicaksono's"-

Perubahan Isi Materi Blog

Blog ini sebelumnya adalah berjudul Belajar Menulis yang aku tujukan untuk mengisi waktu luang dengan menulis. Namun seiring waktu dan padatnya aktivitas membuatku lupa dan tidak menyempatkan diri untuk berlatih menulis. Setelah lama vakum, saat ini keinginanku menulis muncul kembali. Saat ini judul blog aku ganti menjadi Jurnal Untuk Anakku dengan tujuan untuk merangkum perjalanan masa kecil anak-anakku untuk kelak mereka baca.

"anakku, seluruh waktuku adalah untuk kalian"

Rabu, 23 November 2011

EXPLORING MADURA

(sumber : pustaka.pu.go.id)

Madura, adalah sebuah pulau kecil disisi utara Surabaya, setelah dibangun jembatan yang menghubungkan Surabaya dengan pulau Madura akses menuju kota-kota di Madura menjadi lebih mudah. Beberapa kali kami melintas ke Madura sekedar untuk melihat kehidupan masyarakat Madura, mengunjungi makam Mbah Kholil ataupun menikmati karya arsitektur jembatan penghubung antar pulau dengan panjang 5438 m yang merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini.

Cerita dimulai dari kami, keluarga yang nekat untuk menjelajahi pulau Madura. Singkat cerita, setelah menuruni jembatan Suramadu disisi Madura, penjelajahan pulau ini dimulai dengan perjalanan jalur selatan. Sekilas sempat terpikir untuk mengurungkan niat perjalanan menuju ujung pulau Madura Pamekasan karena dalam benak kami Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung. Namun rasa penasaran kami akan keindahan yang tersimpan di pulau ini lebih besar sehingga perjalanan pun tetap berlanjut.

Diperlukan waktu kurang lebih 1 jam untuk melewati Kabupaten Bangkalan. Selanjutnya menuju Kabupaten Sampang, disuguhi pemandangan yang biru sepanjang perjalanan menuju laut Camplong. Kami semakin bersemangat untuk mencari pantai yang lebih indah di ujung barat pulau Madura. Kurang lebih 4 jam telah berlalu, kami sampai pada tempat yang dituju Kabupaten Sumenep, dari sini kami sering bertanya tentang arah. Maklum kami harus sering bertanya karena perjalanan kami merupakan perjalanan nekat, buta arah, tanpa peta dan GPS yang kami bawa pun tidak bisa menuntun arah kami di pulau Madura. Bukan karena kebetulan, di pertigaan lampu merah memasuki kota Sumenep, kami menemukan peta Kabupaten Sumenep yang terpampang sangat besar di sebuah papan layaknya sebuah reklame yang sengaja dipasang dengan tujuan menawarkan tempat wisata. Pada peta tersebut menunjukkan terdapat dua wisata pantai yang ada di Kabupaten Sumenep yaitu wisata pantai Lombang dan wisata pantai Slopeng.

Tanpa berfikir panjang kami langsung menuju lokasi wisata pantai Lombang. Dari kebiasaan kami yang kurang memperhitungkan keadaan dan berpikir lebih panjang, hingga sampai pada jalanan desa yang panjang dan bergeronjal kami baru sadar belum mengisi penuh bahan bakar mobil dan perut kami. Mengingat sensor volume bahan bakar mobil kami menunjukkan 3 strip dari skala 8 strip untuk ukuran penuh bahan bakar. Tapi kami tetap melanjutkan perjalan dengan sedikit ragu. Kira-kira satu jam dari kota Sumenep kami sampai pada pintu masuk wisata terlihat sepi, maklum karena kedatangan kami diiringi dengan tenggelamnya matahari. Beruntung kami langsung bertemu dengan kepala UPT wisata lombang, langsung kami manfaatkan untuk mencari informasi tempat penginapan. Nasib baik kami ditawari beliau untuk menginap di kantor administrasi mereka, karena di daerah tersebut tidak ada tempat penginapan resmi.

Sedikit berbincang-bincang dengan kepala UPT wisata Lombang untuk mengakrabkan diri dan mengenal lebih jauh pribadi orang madura. Semakin jauh perkenalan kami, penilaian kami adalah mereka “masyarakat Madura” sangat menghormati orang lain yang bersikap sopan kepada mereka, terlebih kepada orang lain(kami) yang memiliki kesamaan agama. Dimana masyarakat Madura sesungguhnya memiliki kebudanyaan yang sangat religius, menjunjung tinggi kehormatan dan nilai moral mereka. Dan rasa penasaran kami akan keindahan alam pantai tersebut memaksa kami untuk tinggal semalam menunggu kegelapan malam yang menyelimuti laut sirna oleh mentari pagi.

(Sumber : koleksi pribadi, 2011)

Waktu menunjukkan pukul 07.00 PM, kami pun memutuskan untuk berpamitan agar bisa beristirahat setelah lelah berkendara. Alarm HP berbunyi tetap pukul setengah lima dini hari, segera setelah kami selesai menunaikan sholat subuh, dengan tak sabar kami mempersiapkan sepeda lipat yang kami bawa selama perjalanan untuk ikut menikmati senja pagi dan menunggu matahari terbit dengan menyusuri tiap jengkal bibir pantai. Sebuah sensasi baru dalam bersepeda, dibandingkan dengan bersepeda diatas aspal mengendarai sepeda diatas pasir lebih menyenangkan meskipun membutuhkan kayuhan yang lebih bertenaga. Dari telapak kakiku saat mengayuh pedal aku, bisa merasakan sepedaku berginjal-ginjal riang diatas pasir dengan sesekali mempermainkan ombak yang datang.

(Sumber : koleksi pribadi, 2011)

Selang beberapa menit, mentari pun mulai menampakkan wajahnya yang semu merah, memendarkan siluet kemerahan di ufuk timur. Langit terlihat kontras dengan warna birunya dan lapisan tipis awan putih yang menggantung dibawahnya. Subhanallah dalam hening terucap kata menggambarkan ketakjubanku akan seni keindahan alam Mahakarya-Nya.

(Sumber : koleksi pribadi, 2011)

Semakin tinggi matahari terbit seolah menyingkap hijab yang menyelimuti keindahan pantai Lombang yang sesungguhnya. Teriknya sinar matahari memantulkan kilau samar tiap butiran pasir yang halus. Tiap langkah kaki yang terbenam di hamparan pasir terasa lembut pada telapak kaki. Deretan hijau pohon cemara setia menemani disepanjang jalur pantai Lombang, terlihat special pada hutan buatan di lokasi wisata pantai yaitu pohon bonsai dari cemara udang

(bersambung untuk perjalanan pulang jalur utara dengan pemandangan laut disepanjang perjalanan, masih capek mikirin kata-kata)