Senin, 20 September 2010

Nyanyian - nyanyian hujan

     Aku adalah benang perak yang dilempar para dewa dari ketinggian. Alam menangkapku dan menghiasi lembah-lembah.

     Aku adalah mutiara-mutiara indah dari mahkota Astarte. Anak perempuan di pagi hari mencuri mereka dan menaburkannya ke ladang.

     Aku menangis, dan bukit-bukit tersenyum. Aku merasa direndahkan, dan bunga-bunga memegang tinggi-tinggi kepala mereka. Awan dan ladang adalah sepasang kekaih, dan aku adalah pelayan siapa saja yang lewat di antara keduanya. Aku menangis dan menghilangkan dahaga seseorang dan menyembuhkan penyakit dari yang lain.

     Tumbukan antara halilintar dan pedang-pedang kilat mengabarkan kedatanganku. Pelangi adalah lengkungan kemenangan pada akhir perjalananku. Kehidupan duniawi bermula di bawah kaki unsur-unsur yang marah dan berakhir di tangan-tangan kematian yang penuh kedamaian.

     Aku bangkit dari hati telaga dan melayang tinggi dengan sayap-sayap lembut. Ketika kulihat sebuah taman indah, aku turun dan mencium mekarnya bunga dan memeluk cabang-cabangnya.

     Dalam kesunyian, aku mengetukkan jari-jemari halusku di kaca jendela, dan ketukan itu berpadu menjadi sebuah nyanyian yang mudah di mengerti oleh jiwa-jiwa yang peka.

     Aku diperanakkan oleh panasnya udara, namun aku membunuh panasnya udara itu. Jadi seorang wanita boleh menguasai lelaki dengan kekuatan yang dia peroleh dari lelaki itu.

     Aku adalah deru lautan. Aku adalah airmata langit. Akulah senyuman ladang. Aku adalah juga napas cinta dari lautan perasaan, airmata dari langit cinta, dan senyuman dari ladang jiwa.


- Kahlil Gibran, Orang-orang Tercinta -